Sebagai umat Tao, melaksanakan sembahyang dan Lian Shen Kung adalah sebuah kewajiban yang harus dijalankan. Oleh karenanya, setidaknya kita sebagai umat Tao harus mengenal siapa saja sih Dewa dan Dewi Tao yang kita sembah.
Naahh.. Sekarang saatnya kita mengenal beliau..
Mahadewa Tai Shang Lao Jun
(baca : Dai Sang Lao Cin)
Mahadewa Tai Shang Lao Jun adalah Dewa Tertinggi dari
semua Dewa-Dewi yang ada dalam Taoisme. Hari kesempurnaan-Nya adalah tanggal 15
bulan 5 Imlek.
Menurut kisahnya, Mahadewa Tai Shang Lao Jun pernah
turun tiga kali ke bumi. Pertama sebagai Ban Ku Shi (Pembelah Langit dan Bumi),
kedua sebagai Huang Di (Kaisar Kuning), dan ketiga sebagai Nabi Lao Zi.
Dalam agama Tao, Lao Zi lebih dikenal sebagai Nabi Tao
yang utama. Nabi Lao Zi menulis sebuah Kitab Suci agama Tao yakni Dao De Jing
(baca : Tao Tek Cing).
Meski Nabi Lao Zi yang mengajarkan agama Tao, namun
agama Tao pertama kali disebut sebagai agama oleh Zhang Dao Ling (baca : Cang
Tao Ling), pada jaman Dinasti Han Timur (Dong Han).
Karena itu secara singkat sejarah agama Tao diyakini
berasal dari Huang Di sejak abad 27 sebelum tahun masehi, dikembangkan oleh Lao
Zi, dan terorganisasi menjadi sebuah institusi keagamaan (agama Tao) yang
lengkap oleh Zhang Dao Ling.
Er Lang Shen
(baca : Er Lang Sen)
Menurut sejarah, Er Lang
Shen (Ji Long Sin) adalah putra dari seorang gubernur dari propinsi Sichuan
yang hidup pada jaman Dinasti Qin, dengan nama Li Bing. Pada waktu
itu Sungai Min (Min-jiang, salah satu cabang Sungai Yang Zi yang bermata air di
wilayah Sichuan) seringkali mengakibatkan banjir di wilayah Guan-kou (dekat
Chengdu).
Sebagai gubernur yang peka akan penderitaan
rakyat, Li Bing segera mengajak putranya Li Er Lang meninjau daerah bencana dan
memikirkan penanggulangannya. Rakyat Guan-kou yang sudah putus asa menghadapi
bencana banjir yang selalu menghancurkan rumah dan sawah ladang, tampak pasrah
dan mengandalkan para dukun untuk menghindarkan bencana. Para dukun menggunakan
kesempatan ini untuk memeras dan menakut-nakuti rakyat. Dikatakan bencana
banjir itu diakibatkan karena Raja Naga ingin mencari istri. Maka penduduk
diharuskan setiap tahun mengirimkan seorang gadis untuk dijadikan pengantin
Raja Naga di Sungai Min itu. Maka tiap tahun diadakan upacara penceburan gadis
di sungai yang dipimpin oleh dukun dan diiringi oleh ratap tangis orang tua
sang gadis.
Li Bing bertekad mengakhiri semua ini dan berusaha menyadarkan
rakyat bahwa bencana dapat dihindari asalkan mereka bersedia bergotong-royong
memperbaiki aliran sungai. Usaha ini tentu saja ditentang keras oleh para dukun
yang melihat bahwa mereka akan rugi apabila rakyat tidak percaya lagi pada
mereka.
Untuk menghadapi mereka, Li Bing mengatakan bahwa putrinya bersedia
menjadi pengantin Raja Naga untuk tahun itu. Dia minta sang dukun untuk
memimpin upacara. Sebelumnya Li Bing memerintahkan Er Lang untuk menangkap
seekor ular air yang sangat besar, dimasukkan dalam karung dan disembunyikan di
dasar sungai. Pada saat diadakan upacara
mengantar pengantin di tepi sungai, Li Bing mengatakan pada dukun kepala, bahwa
ia ingin sang Raja Naga menampakkan diri agar rakyat bisa melihat wajahnya.
Sang dukun marah dan mengeluarkan ancaman. Tapi Li Bing yang telah bertekad
mengakhiri praktek yang kejam dan curang ini bersikeras agar sang dukun
menampilkan wujud Raja Naga.
Pada saat yang memungkinkan untuk bertindak, Li
Bing memerintahkan Er Lang untuk terjun ke sungai dan memaksa sang Raja Naga
untuk keluar. Setelah menyelam sejenak Er Lang muncul kembali sambil menyeret
bangkai ular air itu ke tepi. Penduduk menjadi gempar. Li Bing menyatakan bahwa
sang Raja Naga yang jahat sudah dibunuh, rakyat tidak usah risau akan
gangguannya lagi dan tidak perlu mengorbankan anak gadis setiap tahun. Setelah
itu Li Bing mengajak rakyat untuk bergotong-royong membangun bendungan untuk
mengendalikan Sungai Min. Usaha ini akhirnya berhasil dan rakyat di daerah itu
terbebas dari bencana banjir. Untuk memperingati jasa-jasa Li Bing dan Er Lang
di tempat itu kemudian didirikanlah klenteng peringatan.
Pendapat lain mengatakan
bahwa sebetulnya Er Lang Shen adalah Zhao Yu yang
hidup pada jaman Dinasti Sui (581-618 SM). Kaisar Sui Yang Di (605-617 SM)
mengangkatnya sebagai walikota Jia Zhou. Ia pernah membunuh seekor naga yang
ganas di sungai dekat kota itu. Oleh penduduk kota Ia kemudian diangkat menjadi
Er Lang Shen. Pada saat itu Ia
berumur 26 tahun. Setelah kerajaan Sui runtuh, Ia menghilang tidak tentu
rimbanya.
Pada suatu ketika Sungai Jia Zhou kembali meluap, di antara halimun
dan kabut yang menyelimuti daerah itu, terlihat seorang pemuda menunggang kuda
putih, diiringi beberapa pengawal, membawa anjing dan burung elang, lewat di
atas sungai itu. Itulah Zhao Yu yang turun dari langit.
Untuk mengenang
jasa-jasanya penduduk mendirikan klenteng di Guan-kou dan menyebutnya Er Lang
dari Guan-kou. Oleh Kaisar Zheng-zong dari dinasti Song, Ia diberi gelar Qing
Yuan Miao Dao Zhen Jun (Ceng Goan Biau To Cin Kun) atau malaikat berkesusilaan
bagus dari sumber yang jernih.
Hari besarnya diperingati pada tanggal 28 bulan
8 Imlek. Er Lang Shen banyak dipuja di
Propinsi Sichuan. Beberapa klenteng besar yang didirikan khusus untuknya
terdapat di Chengdu yaitu Er Lang Miao, di Guan Xian dengan nama Guan Kou Miao,
di Baoning, Ya-an dan beberapa tempat lain dengan nama Er Lang Miao. Kecuali
Sichuan, Propinsi Hunan juga memiliki beberapa klenteng Er Lang yang cukup
kuno.
Er Lang Shen ditampilkan sebagai
seorang pemuda tampan bermata tiga, memakai jubah keemasan, membawa tombak bermata
tiga, diikuti seekor anjing, kadang-kadang ditambah dengan seekor elang. Dia
dianggap sebagai Dewa Pelindung Kota-Kota di tepi sungai dan sering ditampilkan
bersama Maha Dewa Tai Shang Lao Jun sebagai pengawal. Bagi
kita umat Tao, Er Lang Shen mempunyai kesaktian
yang luar biasa untuk menghadapi roh atau setan yang jahat.
Jiu Tian Xuan Nu
(baca : Ciu Dien Sien Ni)
Seperti yang sudah umat
TAO ketahui, Jiu Tian Xuan Nu merupakan salah satu
Dewi Besar Tao. Jiu Tian Xuan Nu adalah Dewi yang sering
membantu pahlawan-pahlawan.
Konon, cerita pada jaman
raja satria Huang Ti yang pernah mengajarkan rakyat menanam palawija. Sebelum
Huang Ti menyatukan negara, Beliau pernah perang dasyat melawan Je Yu. Je Yu
itu adalah sebangsa hewan yang aneh, badannya merupakan binatang tapi dia
memakai bahasa manusia, juga makan batu dan pasir untuk hidup. Je Yu ini biasa
disebut badan kuningan kepala besi.
Pada waktu perang di
daerah Juk Luk, Je Yu ini membuat kabut besar yang menyebabkan tentara-tentara
Huang Ti menjadi kehilangan arah. Tetapi untungnya para anak buah itu
menciptakan kereta kompas. Dengan kereta tersebut, mereka baru bisa lolos dari
kepungan kabut tadi.
Sedang pusing dengan
taktik perang, malamnya Huang Ti bermimpi bertemu dengan Dewi SI WANG MU dan
berkata padanya: "Saya akan mengirimkan utusan untuk membantu kamu, kamu
akan menang perang". Lalu Huang Ti membuat altar dan berdoa / sembahyang
tiga hari tiga malam. Hasilnya, nampaklah Jiu Tian Xuan Nu, memberinya Kitab Suci,
Pusaka, Buku Perang dan lain-lainnya; hingga Huang Ti dapat mengalahkan Je Yu
dan dapat menyatukan negara. Waktu itu, yang Huang Ti dapatkan adalah Buku Suci
HUANG TI YIN FU CING yang dihargai oleh generasi selanjutnya.
Konon, Jiu Tian Xuan Nu pernah mambantu Sung
Ciang. Sung Ciang ini merupakan Ketua daerah Liang San Be yang sering membantu
orang-orang miskin yang kekurangan. Dalam cerita buku "SUI HU JUAN",
pada waktu Sung Ciang dalam perjalanan menuju Liang San Be, dia dikejar-kejar
oleh musuh. Lalu dia bersembunyi di dalam sebuah kuil, ternyata dia diketahui
oleh musuhnya, kelihatan maut sudah menunggu. Namun, pada saat detik-detik
bahaya, di belakang altar dalam kuil tersebut timbul gumpalan awan hitam dan meniupkan
seuntai angin keras yang dingin. Musuh yang mengejar ketakutan melihat keadaan
aneh mendadak itu dan lari tunggang langgang.
Tidak lama kemudian,
tampak dua anak perempuan berbaju hijau di hadapan Sung Ciang dan mengajaknya
pergi untuk menemui Seorang Dewi. Dewi tersebut adalah Jiu Tian Xuan Nu. Kemudian, Sung Ciang
diajak makan kurma dari DIAN dan minum arak yang harum. Jiu Tian Xuan Nu juga berkata padanya:
"Saya akan memberitahu kamu tiga jilid Buku Langit, kamu harus bisa menjalankan
TAO dengan baik, jadi orang harus jujur, setia kawan, setia pada negara, yang
jelek dan yang sesat dikikis semua dan dikembalikan pada kebenaran". Dewi
Jiu Tian Xuan Nu juga berpesan bahwa
buku-buku itu tidak boleh diperlihatkan pada orang lain, sesudah mantap,
bakarlah buku-buku tersebut. Dewi juga menurunkan empat kata-kata langit yang
cocok menjadi ramalan hidup Sung Ciang di kemudian hari.
Sesudah kejadian itu,
Sung Ciang masih pernah bertemu lagi dengan Dewi Jiu Tian Xuan Nu, yaitu pada waktu dia
jadi Jendral Dinasti Sung yang sedang perang sengit dengan tentara-tentara
negeri Liaw. Dewi Jiu Tian Xuan Nu mangajarkan tehnik
perang yang kongkrit.
Dewi Jiu Tian Xuan Nu selalu mengulurkan
tangan waktu raja kesatria dan pahlawan-pahlawan sedang mengalami kesulitan,
sehingga boleh dikata sebagai "DEWI MEMBANTU". Selain itu Dewi Jiu
Tian Xuan Nu juga mengajarkan
cara-cara perang yang kongkrit. Oleh karena itu, ada orang yang menganggap Dewi
Jiu Tian Xuan Nu sebagai "DEWI
PERANG".
Guan Shen Di Jun / Guan Gong
(baca : Kuan Sen Ti Cin / Kuan Kong)
Guan
Ti Guan Yun Chang atau lahir di provinsi Shan Xi selama Tiga Kerajaan (220-260
AD). Dia menjalani kehidupan yang sederhana dan membuat hidup sebagai seorang
pemuda dengan menjual kacang-dadih, sehingga ia adalah ibadah oleh bean
curd-penjual sebagai pelindung mereka dewa hari. Dia memiliki daya memori yang
sangat baik bahwa ia memiliki kemampuan untuk membaca kata demi kata Classics
keseluruhan setelah membacanya sekali.
Oleh
karena itu mahasiswa yang mengambil ujian biasanya berdoa kepadanya untuk
memberkati mereka sukses. Ia juga disembah sebagai Allah oleh para sarjana
Sastra. Beberapa berhala Guan Ti dapat ditemukan duduk sambil memegang sebuah
buku.
Dia
dikenal karena benar, dan keadilan yang mendapat Guan Yu mengalami kesulitan
ketika ia mengganggu seorang hakim bermoral dan korup yang memaksa seorang
wanita miskin menjadi selir. Hakim tersebut slayed oleh Guan Yu. Dia harus
melarikan diri untuk hidupnya dan melarikan diri ke gunung untuk mengungsi.
Saat ia berada di perjalanan ke provinsi tetangga ia berhenti dengan sungai
untuk memiliki mencuci, ketika terkejut ia melihat besar berubah dalam
penampilannya! Kulit wajahnya telah berubah dari putih pucat kemerahan warna
yang menyelamatkan dia untuk menyamar dan mampu berjalan melalui penjaga yang
menjaga melewati gunung.
Ketika
ia mencapai Chu-Chou Provinsi Szechuan ia menjadi, berteman Zhang Fei dan Liu
Bei yang berbagi cita-cita yang mulia dan kebajikan. Mereka mengambil sumpah
persaudaraan di kebun persik, dan disumpah sebagai "saudara". Chang
Fei adalah seorang tukang daging, menjadi adik bungsu. Dia adalah seorang yang
temperamental yang memiliki rasa keadilan pantang menyerah dan terkenal karena
selera besar sekali baik untuk makanan dan petualangan. Dia memiliki wajah
hitam yang penuh dengan kumis dan tinggi tangguh dari tujuh meter, sangat
sedikit yang berani melintasi jalan itu. Kasih-Nya yang besar dan kesetiaan
kepada Guan Yu telah memenangkan dia tempat kehormatan dia selalu terlihat
berdiri di samping Kuan Yu di semua penggambaran.
Liu
Bei, sang kakak yang berasal dari keluarga miskin namun dibedakan dengan
kekaisaran linkage, dikenal sebagai orang terhormat. Guan Yu, sosok yang kuat
lebih dari delapan meter, memiliki kepribadian yang penuh teka-teki dan
integritas yang memenangkan rasa hormat dari semua yang dia temui.
Bersama
tiga bersaudara dilantik ditetapkan dan menjadi terlibat dalam kegiatan
militer, Mereka menampilkan kekuatan militer yang besar dan berjuang banyak
pertempuran yang dicatat secara rinci dalam novel terkenal "The Three
Kingdoms". Berdasarkan catatan sejarah hidupnya Guan Yu telah banyak
kesempatan menampilkan bangsawan nya, kejujuran, integritas, loyalitas dan
keberanian. Meski tinggal pada suatu waktu kesesakan yang besar dan kekacauan
selama Dinasti Han, dia tidak akan pernah tergoda untuk memperoleh kekayaan,
ketenaran dan kekuasaan karena ia tetap setia pada sumpahnya bahwa ia telah
diambil dengan saudara-saudaranya di kebun persik, "Untuk menjadi setia
satu sama lain dalam hidup dan bersatu dalam kematian ". Pada AD 219 tahun
ia ditangkap oleh Sun Chuan dan dieksekusi.
Guan Shi Yin Da Shi / Guan Yin Niang Niang
(baca : Kuan Se In Ta Se / Kuan In Niang Niang)
Ada
cerita banyak tentang Guan Yin salah satu dari itu mungkin Taoisme berasal,
menggambarkan Guan Yin sebagai putri Raja Miao Chung. Dia dan istrinya tidak
memiliki anak dan sebagai usianya sudah mendekati lima puluh itu keprihatinan
besar bagi dia bahwa dia meninggalkan pewaris tahtanya. Pengorbanan dan doa
yang ditawarkan kepada para dewa dan akhirnya menjawab. Ratunya melahirkan
dalam tiga tahun berturut-turut untuk tiga anak perempuan yaitu; Miao Ssu, Miao
Yin dan Miao Shan.
Karena
ada tidak ada anak raja memutuskan untuk menetap pewaris takhta dengan menikahi
putri-putrinya kepada manusia kemampuan dan seseorang yang layak dan akan
menggantikannya. Kedua kakak perempuan menikah tetapi putri bungsu Miao Shan
menolak. Saat ia mengabdikan dirinya untuk mencapai pencerahan.
Dia
membujuk ayahnya untuk memungkinkan dia untuk pensiun ke biara untuk
kultivasinya. Dia diberi terberat dan pekerjaan yang paling kasar pada urutan
Raja untuk mencegah dirinya budidaya. Meskipun menjalani semua kesulitan dia
sabar mengatasinya dengan ketekunan, kasih sayang nya bergerak surga. Bahkan
dewa dan hewan berkonspirasi untuk membantunya. Akhirnya, ketika raja tahu dia
sangat marah dan memerintahkan biara yang akan dibakar. Miao Shan dengan
bantuan Surga memadamkan api, dengan badai berat. Dia kemudian dieksekusi dan
jiwanya turun ke neraka yang segera berubah menjadi surga. Dekrit dikirim ke
Surga mengatakan "Harus ada keadilan di Surga dan Neraka, jika Anda tidak
mengirim suci ini kembali ke bumi tidak akan ada lagi Neraka tetapi hanya
surga"
Setelah
membangkitkan dia diangkut oleh Amitabha Buddha (Buddha dari Surga Barat) ke
pulau, Pu To Mountain (dekat Ningpo di CheJiang Provinsi) di mana ia
menghabiskan sembilan tahun menyempurnakan dirinya.
Dia
mulai membantu dalam kesulitan ini, menyembuhkan orang dari penyakit mereka,
bestowing anak tersebut tandus, menyelamatkan para korban kapal karam dan
tindakan lain dari kebajikan.
Legenda
mengatakan bahwa karena karma buruk yang dibuat oleh Raja ia akhirnya dipukul
dengan penyakit tak tersembuhkan yang hanya dapat disembuhkan oleh tangan dan
mata yang "Tidak pernah satu marah". Guan Yin sukarela memberikan
tangannya dan mata untuk membantu ayahnya. Bagian-bagian segera dilakukan
obatnya. Raja kemudian menemukan bahwa ia berutang putrinya hidupnya, penuh
penyesalan ia meninggalkan kerajaannya untuk melayani.
Bao Sheng Da Di / Wu Zhen Ren
(baca : Pao Seng Ta Ti / U Cen Ren)
Bao Sheng Da Di disebut
juga Da Dao Gong [Tao Too Kong], Hua Qiao Gong [Hoa Kio Kong], atau Wu Zhen Ren
[Go Cin Jin] yang berarti Dewa Wu.
Ada dua pendapat yang
sama-sama mempunyai dasar mengenai asal usul dari Bao Sheng Da Di. Pendapat
pertama mengatakan bahwa Wu Zhen Ren memiliki nama asli Ben [Pun]. Wu Ben
adalah seorang yang dilahirkan di desa Bai Jiao (Karang Putih), kabupaten
Tong-an, wilayah Quan Zhou [Coan Ciu], propinsi Fujian. Ia lahir pada
pemerintahan Kaisar Tai Zong, tahun Xing Guo ke-empat bulan tiga tanggal 15
Imlek pada masa Dinasti Song.
Sejak masih kecil Wu Ben
telah tertarik pada masalah pengobatan. Seorang pertapa, karena tertarik akan
bakat anak ini, mengajarkan bermacam-macam ilmu pengobatan dan memberikan kitab
yang berisi kumpulan obat-obat. Setelah dewasa, ia terkenal sebagai seorang
tabib dewa. Ia pernah mengikuti ujian sastra dan lulus. Kemudian ia memangku
jabatan sebagai Yu Shi, jabatan di istana yang mengurus pencatatan sejarah.
Nama Wu Ben menjadi
terkenal setelah ia berhasil mengobati penyakit yang diderita permaisuri Kaisar
Ren Zong. Setelah mengundurkan diri, Wu Ben berkelana mengobati penyakit.
Kemudian Wu Ben memiliki beberapa murid, antara lain Huang Yi Guan (Huang si
Menteri Tabib), Cheng Zhen Ren (Cheng si Manusia Dewa) dan Yin Xian Gu (Yin si
Dewi).
Rakyat, karena mengingat
budi baik Wu Ben, banyak yang mendirikan kelenteng dan diberi nama Ci Ji Gong
yang berarti "Kuil
Penolong Yang Welas Asih". Para kaisar juga tidak ketinggalan
menganugerahkan gelar kepadanya. Kaisar Song Gao Zong menganugerahkan gelar Da
Dao Zhen Ren yang berarti "Dewa
Jalan Nan Agung". Gelar ini menyebabkan Bao Sheng Da Di terkenal
dengan sebutan Da Dao Gong yang berarti "Paduka
Jalan Nan Agung". Kaisar Song Ning Zong memberikan gelar kehormatan
Zhong Xian Hou yang berarti "Pangeran
Teladan Kesetiaan". Kaisar Ming yang pertama, Ming Tai Zu, memberikan
gelar Hao Tian Yu Shi Yi Ling Zhen Jun [Ho Thian Gi Su It Leng Cin Kun] yang
berarti "Dewa Sejati Ahli
Pengobatan dan Menteri Pencatat Sejarah".
Pendapat yang satu lagi
mengatakan bahwa Bao Sheng Da Di adalah Wu Meng [Go Beng] yang hidup pada masa
Dinasti Jin, penduduk asli dari Henan. Wu Meng sejak kecil terkenal karena
baktinya kepada orang tua. Setelah dewasa ia berkelana dan melakukan pengobatan
kepada penduduk yang tidak mampu. Kemudian ia dipanggil dengan nama Wu Zhen Jun
[Go Cin Kun] yang berarti "Wu
Si Dewa Sejati".
Jika ditinjau dari sudut
sejarah, maka Wu Meng lebih terkenal dari pada Wu Ben, sebab Wu Ben meskipun
memiliki reputasi sebagai tabib yang hebat, tetapi ia hanya dipuja di sekitar
propinsi Fujian saja. Namun jika ditinjau dari tempat asalnya, maka Wu Ben
lebih mendekati kenyataan, karena Wu Ben di propinsi Fujian dipuja sebagai Bao
Sheng Da Di.
Kuil Bao Sheng Da Di di
propinsi Fujian yang terkenal terdapat di dusun Bai Jiao, tempat Wu Ben
berasal. Di kuil itu terdapat papan yang dihadiahkan oleh Kaisar Yong Le dari
Dinasti Ming.
Kisah-kisah kehebatan Wu
Ben di kalangan rakyat memang banyak beredar, terutama di propinsi Fujian dan
sekitarnya. Diceritakan pada suatu hari, ia sampai di sebuah jalan pegunungan.
Ia berjumpa 4 orang memanggul sebuah peti jenasah. Peti jenasah itu sangat
sederhana, terbuat dari papan kayu yang sudah lapuk, menandakan bahwa keluarga
si jenasah adalah keluarga yang melarat. Darah tampak mengalir dari celah-celah
peti jenasah itu, menandakan bahwa orang dalam peti jenasah itu belum lama
meninggal.
Wu Ben melihat hal itu
lalu berpikir sebentar, ia yakin bahwa yang di dalam peti belum meninggal. Ia
meminta iring-iringan tersebut berhenti dan bersedia membuka tutup peti mati
itu. Seorang wanita terbaring di dalamnya dan usianya sekitar 30 tahun.
Sekilas Wu Ben mengetahui
bahwa wanita itu baru saja melahirkan dan mengalami pendarahan. Wu Ben meminta
bantuan agar wanita tersebut diangkat keluar dari peti jenasah. Setelah dirawat
dengan seksama akhirnya beberapa hari kemudian wanita yang sudah dianggap
meninggal itu menjadi sehat kembali. Kejadian ini tersebar dari mulut ke mulut
dan meluas ke seluruh pelosok negeri. Semua menganggap bahwa Wu Ben dapat
menghidupkan orang mati.
Ketenarannya sampai ke
telinga Kaisar Ren Zong, yang sedang risau karena permaisurinya sedang sakit
dan sudah banyak tabib tersohor yang didatangkan namun penyakit tidak kunjung
sembuh. Tanpa memperdulikan jarak, Wu Ben datang ke istana untuk memenuhi
panggilan kaisar. Karena kebiasaan waktu itu yang melarang orang awam menyentuh
tubuh kaisar atau keluarganya, maka Wu Ben memeriksa denyut nadi permaisuri
dengan bantuan seutas tali sutera yang diikat pada pergelangan tangan sang
permaisuri. Setelah yakin akan penyakit yang diderita sang permaisuri, Wu Ben
menulis resep. Berkat obat itulah, tidak lama kemudian sang permaisuri sembuh
kembali.
Ketika kaisar menanyakan
hadiah apa yang diinginkannya, Wu Ben mengatakan bahwa ia ingin memakai jubah
kebesaran yang pernah dipakai ayahnda kaisar. Kaisar Ren Zong mengabulkan
permintaan tersebut. Saat Wu Ben memakai jubah tersebut, Kaisar Ren Zong lalu
berlutut. Wu Ben buru-buru mencegah dan menolak kehormatan itu. Sejak itulah Wu
Ben dikenal sebagai Bao Sheng Da Di atau Maharaja Pelindung Kehidupan.
Bersama dengan
menyebarnya imigran dari Quan Zhou, pemujaan terhadap Bao Sheng Da Di tersebar
ke Taiwan, lalu ke Asia Tenggara. Di Taiwan, karena imigran Quan Zhou banyak
jumlahnya, maka kelenteng yang memuja Bao Sheng Da Di terdapat dimana-mana. Yang
tertua adalah yang didirikan pada masa Dinasti Ming, saat pemerintahan Kaisar
Wan Li, yaitu Kaisar Kai Shan Gong [Khai San Kong]. Masih ada juga yang lebih
besar yaitu Xing Ji Gong, Yuan He Gong, Liang Huang Gong, Fu Long Gong, Guang
Ji Gong, Miao Shou Gong, dan lain-lain. Di Singapura pemujaan Bao Sheng Da Di terdapat
di kelenteng Tian Fu Gong [Thian Hok Keng] di Telok Anyer Street.
Zu Sheng Niang Niang
(baca : Cu Seng Niang Niang)
Dewi kelahiran anak atau Zhu
Seng Naing Niang adalah Dewi Kesuburan dalam Agama TAO. Beliau banyak disembah
oleh masyarakat Hokkien dan Teochew dan ulang tahunnya dirayakan pada hari
ke-20 bulan lunar ke-3.
Disebutkan
dalam dinasti Ming, Keagungan para dewa, Dewi Zhu Sheng Niang Niang bertanggung
jawab atas kehamilan, melahirkan bayi, perlindungan ibu dan anak. Beliau
memegang sebuah buku dan kuas tulis yang mencerminkan praktek masyarakat Tiongkok
menuliskan nama anak yang baru lahir dalam catatan silsilah keluarga.
Banyak Taokuan dan kuil
memiliki Patung sosok Dewi Zhu Sheng Niang Niang yang didedikasikan untuk
Beliau. Umat yang berharap memilik anak berdoa da memohon bantuan kepada Dewi
Zhu Sheng Niang Niang agar segera Hamil diberikan keturunan yang baik (anak yg
sempura jiwa raganya) serta lancar dan selamat saat persalinan.
Pada zaman kuno, ketika
pengetahuan dan teknologi reproduksi yang terbatas, pasangan yang ingin
memiliki anak hanya bisa berdoa kepada Dewi untuk diberkati. Demikian pula,
ketika masalah kesehatan sangat mendasar, melahirkan bisa berbahaya bagi ibu
dan anak dan lagi orang hanya dapat memohon bantuan kepada Dewi Zhu Sheng Niang
Niang.
Ilmu kedokteran saat ini telah
berkembang pesat untuk menjamin keselamatan ibu dan anak selama kehamilan dan
persalinan. Tapi itu tidak membatasi peran Dewi Zhu Sheng Niang Niang. Apa yang
telah berubah adalah sifat bantuan tapi pada dasarnya masih bergulir masalah
yang sama untuk hamil dan melahirkan anak, serta mohon Keturunan yang baik bagi
keluarganya.
ilmu kedokteran meskipun
kemajuannya sangat pesat masih memiliki keterbatasan. Pengobatan in-vitro (bayi
tabung) misalnya dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan tetapi tidak bisa
menjanjikan konsepsi pasti berhasil hamil. Banyak wanita berdoa kepada Dewi Zhu
Sheng Niang Niang selama perawatan in-vitro mereka. IV atau tidak, banyak
wanita terus berdoa kepada Dewi Zhu Sheng Niang Niang mohon berkah baginya
untuk hamil anak yang baik, sehat dan sempurna fisik dan jiwanya serta
persalinan yang aman.
Pikiran dan tubuh
Penelitian medis telah menemukan titik hubungan yang kompleks antara pikiran
dan tubuh. Berdoa kepada Dewi Zhu Sheng Niang Niang,sangat membantu harapan dan
keyakinan yang besar dalam diri umat wanita untuk bisa hamil ,karena itu
memiliki dasar ilmiah dalam meningkatkan peluang kehamilan.
Baik itu ilmu pengetahuan atau
Keimanan, Dewi Zhu Sheng Niang Niang berkaitan dengan aspirasi perempuan untuk
memiliki anak dan untuk dapat merasakan kepuasan menjadi seorang ibu, peduli,
mencintai dan memelihara anak mereka yang baru lahir.
Cai Shen Ye
(baca : Jai Sen Ye)
Cai Shen atau Cai Shen Ye adalah dewa kekayaan,
harta, atau rezeki dalam mitologi Tiong Hoa.
Dalam bahasa Vietnam, ia disebut Thần Tài.
Cai Shen dipuja sebagai dewa dalam kepercayaan tradisional masyarakat Tiong Hoa, taoisme, dan agama Buddha aliran Tanah Suci.
Pada versi yang paling terkenal, Cai Shen memiliki nama
asli Zhao Gongming (baca: Chao Kung-ming) atau Bigan (baca: Pi-kan). Zhao
Gong Ming terkenal di kalangan masyarakat yang tinggal di negara-negara Asia
seperti Singapura, Malaysia, dan Indonesia, tetapi tidak populer di kalangan
masyarakat negara Barat.
Setiap perayaan Tahun Baru Imlek, orang-orang kaya memberikan
sumbangan (angpao). Tradisi tersebut konon berasal dari kisah seorang
konglomerat yang terkenal sangat pelit dan tidak pernah mau berdana. Ia sangat
memuja dan mengagumi Zhao Gong Ming, kemudian berdoa "Mohon Dewa Rejeki
Datang Lah Kerumah Ku, Agar Aku bisa Bertambah Kaya Lagi." Selanjutnya ia
mempersiapkan banyak hidangan dan berharap bisa mendapat berkah darinya.
Pagi harinya, si konglomerat membuka pintu rumahnya dan
mempersiapkan hidangan persembahan untuk menyambut Cai Shen, kemudian menunggu.
Namun, ada seorang pengemis kelaparan datang dan meminta makanan persembahan
itu untuk ia makan. Si konglomerat marah dan memukulnya. Tiba-tiba si pengemis
bertubah wujud menjadi Cai Shen dan berkata, "Bagi diriku bukanlah Harta
yang menyebabkan Manusia kaya, tapi memiliki hati yang emas, Sebagai hukumannya
engkau terlalu serakah dan tidak pernah membantu orang kesulitan, maka engkau
mulai sekarang menjadi seorang pengemis." Semenjak itu, seluruh usaha si
konglomerat menjadi bangkrut dan dirinya menjadi pengemis. Itulah sebabnya
masyarakat Tiong Hoa yang kaya memberikan sebagian hartanya
kepada orang yang berkesusahan dengan harapan Cai Shen akan selalu memberkahi
mereka.
Yue Xia Lao Ren & He He Er Xian
(baca : Ye Sia Lao Ren & He He Er Sien)
Yue Xia Lao Ren secara harafiah
berarti “Orang Tua Di Bawah Rembulan.” Beliau dipercaya sebagai dewa yang
mengatur pernikahan. Meskipun demikian, tiada seorangpun yang mengenal nama asli
beliau.
Alkisah
pada zaman Dinasti Tang terdapat seseorang yang bernama Wei Gu. Suatu
malam, ia sedang menginap di sebuah pondokan di
kota Song. Ketika sedang
sendirian berjumpalah ia dengan seorang tua
berambut dan berjanggung putih yang
membawa tas hijau beserta sejilid buku. Didera oleh
rasa penasaran, Wei Gu
menghampiri orang tua itu dan mengajukan
pertanyaan. Orang tua itu menjawab
bahwa ia sedang memeriksa daftar pernikahan umat
manusia di muka bumi.
Ternyata tas hijau orang tua
itu berisikan tali-tali berwarna pernah. Wei Gu
yang ingin tahu menanyakan apakah gunanya benda tersebut. Orang tua itu
menjawab
bahwa tali-tali itu akan dipergunakan mengikat pasangan-pasangan yang saling
berjodoh. Mendengarnya, Wei Gu menjadi ingin tahu siapakah jodohnya. Orang tua
itu menjawab, “Jodohmu adalah puteri seorang ibu tua bernama Chen yang berkerja
sebagai penjual sayur di utara pondokan ini.”
Tak terasa empat belas tahun
berlalu dan Wei Gu diangkat sebagai pejabat kota
Xiang. Gubernur setempat bermarga Wang memberikan puterinya agar dinikahi oleh
Wei Gu. Setelah acara pernikahan, Wei Gu teringat ramalan orang tua itu dan
tertawa, “Apa yang dikatakannya omong kosong belaka.”
Namun setelah pernikahan
mereka, isterinya mengaku bahwa dirinya sesungguhnya
adalah puteri Nyonya Chen, si pedagang sayur, yang diangkat anak oleh Gubernur
Wang. Wei Gu tercengang dan tertawa lebar, “Ah ternyata apa dikatakannya
sungguh
tepat.” Magistrat kota mendengar perihal tersebut dan menamakan pondokan tempat
Wei Gu menginap sebagai “Pondokan Perjodohan.” Semenjak saat itu, orang tua
tersebut dipuja sebagai Yue Xia Lao Ren.
disarikan dari buku “100
Chinese Gods” karya Wu Luxing, ilustrator: LuYangguang.
diperigati setiap tgl 15 bulan 8 Imlek.
He He Er Xian adalah
"Sepasang Dewa Keharmonisan dan Persatuan dalam panteon Taoisme.
Mereka seringkali diasosiasikan dengan sebuah pernikahan yang bahagia.
Hé
dan Hé digambarkan sebagai dua bocah pria yang membawa setangkai bunga lotus dan
sebuah kotak. Orang-orang yang
memuja mereka biasanya mengharapkan jodoh, keharmonisan dengan pasangan,
keharmonisan dalam keluarga, hingga keharmonisan di dalam masyarakat maupun
lingkungan kerja.
Sumber :
http://indonesia.siutao.com
https://id.wikipedia.org/wiki
https://www.taobali.org