Senin, 06 Juli 2015

Mari Mengenal Dewa & Dewi di Taokuan Mojokerto

Sebagai umat Tao, melaksanakan sembahyang dan Lian Shen Kung adalah sebuah kewajiban yang harus dijalankan. Oleh karenanya, setidaknya kita sebagai umat Tao harus mengenal siapa saja sih Dewa dan Dewi Tao yang kita sembah. 
Naahh.. Sekarang saatnya kita mengenal beliau..

Mahadewa Tai Shang Lao Jun
(baca : Dai Sang Lao Cin)
Mahadewa Tai Shang Lao Jun adalah Dewa Tertinggi dari semua Dewa-Dewi yang ada dalam Taoisme. Hari kesempurnaan-Nya adalah tanggal 15 bulan 5 Imlek.
Menurut kisahnya, Mahadewa Tai Shang Lao Jun pernah turun tiga kali ke bumi. Pertama sebagai Ban Ku Shi (Pembelah Langit dan Bumi), kedua sebagai Huang Di (Kaisar Kuning), dan ketiga sebagai Nabi Lao Zi.
Dalam agama Tao, Lao Zi lebih dikenal sebagai Nabi Tao yang utama. Nabi Lao Zi menulis sebuah Kitab Suci agama Tao yakni Dao De Jing (baca : Tao Tek Cing).
Meski Nabi Lao Zi yang mengajarkan agama Tao, namun agama Tao pertama kali disebut sebagai agama oleh Zhang Dao Ling (baca : Cang Tao Ling), pada jaman Dinasti Han Timur (Dong Han).

Karena itu secara singkat sejarah agama Tao diyakini berasal dari Huang Di sejak abad 27 sebelum tahun masehi, dikembangkan oleh Lao Zi, dan terorganisasi menjadi sebuah institusi keagamaan (agama Tao) yang lengkap oleh Zhang Dao Ling.

Er Lang Shen
(baca : Er Lang Sen)
Menurut sejarah, Er Lang Shen (Ji Long Sin) adalah putra dari seorang gubernur dari propinsi Sichuan yang hidup pada jaman Dinasti Qin, dengan nama Li Bing. Pada waktu itu Sungai Min (Min-jiang, salah satu cabang Sungai Yang Zi yang bermata air di wilayah Sichuan) seringkali mengakibatkan banjir di wilayah Guan-kou (dekat Chengdu).
Sebagai gubernur yang peka akan penderitaan rakyat, Li Bing segera mengajak putranya Li Er Lang meninjau daerah bencana dan memikirkan penanggulangannya. Rakyat Guan-kou yang sudah putus asa menghadapi bencana banjir yang selalu menghancurkan rumah dan sawah ladang, tampak pasrah dan mengandalkan para dukun untuk menghindarkan bencana. Para dukun menggunakan kesempatan ini untuk memeras dan menakut-nakuti rakyat. Dikatakan bencana banjir itu diakibatkan karena Raja Naga ingin mencari istri. Maka penduduk diharuskan setiap tahun mengirimkan seorang gadis untuk dijadikan pengantin Raja Naga di Sungai Min itu. Maka tiap tahun diadakan upacara penceburan gadis di sungai yang dipimpin oleh dukun dan diiringi oleh ratap tangis orang tua sang gadis. 

Li Bing bertekad mengakhiri semua ini dan berusaha menyadarkan rakyat bahwa bencana dapat dihindari asalkan mereka bersedia bergotong-royong memperbaiki aliran sungai. Usaha ini tentu saja ditentang keras oleh para dukun yang melihat bahwa mereka akan rugi apabila rakyat tidak percaya lagi pada mereka. 
Untuk menghadapi mereka, Li Bing mengatakan bahwa putrinya bersedia menjadi pengantin Raja Naga untuk tahun itu. Dia minta sang dukun untuk memimpin upacara. Sebelumnya Li Bing memerintahkan Er Lang untuk menangkap seekor ular air yang sangat besar, dimasukkan dalam karung dan disembunyikan di dasar sungai. Pada saat diadakan upacara mengantar pengantin di tepi sungai, Li Bing mengatakan pada dukun kepala, bahwa ia ingin sang Raja Naga menampakkan diri agar rakyat bisa melihat wajahnya. Sang dukun marah dan mengeluarkan ancaman. Tapi Li Bing yang telah bertekad mengakhiri praktek yang kejam dan curang ini bersikeras agar sang dukun menampilkan wujud Raja Naga. 
Pada saat yang memungkinkan untuk bertindak, Li Bing memerintahkan Er Lang untuk terjun ke sungai dan memaksa sang Raja Naga untuk keluar. Setelah menyelam sejenak Er Lang muncul kembali sambil menyeret bangkai ular air itu ke tepi. Penduduk menjadi gempar. Li Bing menyatakan bahwa sang Raja Naga yang jahat sudah dibunuh, rakyat tidak usah risau akan gangguannya lagi dan tidak perlu mengorbankan anak gadis setiap tahun. Setelah itu Li Bing mengajak rakyat untuk bergotong-royong membangun bendungan untuk mengendalikan Sungai Min. Usaha ini akhirnya berhasil dan rakyat di daerah itu terbebas dari bencana banjir. Untuk memperingati jasa-jasa Li Bing dan Er Lang di tempat itu kemudian didirikanlah klenteng peringatan.
Pendapat lain mengatakan bahwa sebetulnya Er Lang Shen adalah Zhao Yu yang hidup pada jaman Dinasti Sui (581-618 SM). Kaisar Sui Yang Di (605-617 SM) mengangkatnya sebagai walikota Jia Zhou. Ia pernah membunuh seekor naga yang ganas di sungai dekat kota itu. Oleh penduduk kota Ia kemudian diangkat menjadi Er Lang Shen. Pada saat itu Ia berumur 26 tahun. Setelah kerajaan Sui runtuh, Ia menghilang tidak tentu rimbanya. 
Pada suatu ketika Sungai Jia Zhou kembali meluap, di antara halimun dan kabut yang menyelimuti daerah itu, terlihat seorang pemuda menunggang kuda putih, diiringi beberapa pengawal, membawa anjing dan burung elang, lewat di atas sungai itu. Itulah Zhao Yu yang turun dari langit. 
Untuk mengenang jasa-jasanya penduduk mendirikan klenteng di Guan-kou dan menyebutnya Er Lang dari Guan-kou. Oleh Kaisar Zheng-zong dari dinasti Song, Ia diberi gelar Qing Yuan Miao Dao Zhen Jun (Ceng Goan Biau To Cin Kun) atau malaikat berkesusilaan bagus dari sumber yang jernih. 
Hari besarnya diperingati pada tanggal 28 bulan 8 Imlek. Er Lang Shen  banyak dipuja di Propinsi Sichuan. Beberapa klenteng besar yang didirikan khusus untuknya terdapat di Chengdu yaitu Er Lang Miao, di Guan Xian dengan nama Guan Kou Miao, di Baoning, Ya-an dan beberapa tempat lain dengan nama Er Lang Miao. Kecuali Sichuan, Propinsi Hunan juga memiliki beberapa klenteng Er Lang yang cukup kuno. 
Er Lang Shen ditampilkan sebagai seorang pemuda tampan bermata tiga, memakai jubah keemasan, membawa tombak bermata tiga, diikuti seekor anjing, kadang-kadang ditambah dengan seekor elang. Dia dianggap sebagai Dewa Pelindung Kota-Kota di tepi sungai dan sering ditampilkan bersama Maha Dewa Tai Shang Lao Jun  sebagai pengawal. Bagi kita umat Tao, Er Lang Shen mempunyai kesaktian yang luar biasa untuk menghadapi roh atau setan yang jahat.

Jiu Tian Xuan Nu
(baca : Ciu Dien Sien Ni)
Seperti yang sudah umat TAO ketahui, Jiu Tian Xuan Nu merupakan salah satu Dewi Besar Tao. Jiu Tian Xuan Nu adalah Dewi yang sering membantu pahlawan-pahlawan.
Konon, cerita pada jaman raja satria Huang Ti yang pernah mengajarkan rakyat menanam palawija. Sebelum Huang Ti menyatukan negara, Beliau pernah perang dasyat melawan Je Yu. Je Yu itu adalah sebangsa hewan yang aneh, badannya merupakan binatang tapi dia memakai bahasa manusia, juga makan batu dan pasir untuk hidup. Je Yu ini biasa disebut badan kuningan kepala besi.
Pada waktu perang di daerah Juk Luk, Je Yu ini membuat kabut besar yang menyebabkan tentara-tentara Huang Ti menjadi kehilangan arah. Tetapi untungnya para anak buah itu menciptakan kereta kompas. Dengan kereta tersebut, mereka baru bisa lolos dari kepungan kabut tadi.
Sedang pusing dengan taktik perang, malamnya Huang Ti bermimpi bertemu dengan Dewi SI WANG MU dan berkata padanya: "Saya akan mengirimkan utusan untuk membantu kamu, kamu akan menang perang". Lalu Huang Ti membuat altar dan berdoa / sembahyang tiga hari tiga malam. Hasilnya, nampaklah Jiu Tian Xuan Nu, memberinya Kitab Suci, Pusaka, Buku Perang dan lain-lainnya; hingga Huang Ti dapat mengalahkan Je Yu dan dapat menyatukan negara. Waktu itu, yang Huang Ti dapatkan adalah Buku Suci HUANG TI YIN FU CING yang dihargai oleh generasi selanjutnya.
Konon, Jiu Tian Xuan Nu pernah mambantu Sung Ciang. Sung Ciang ini merupakan Ketua daerah Liang San Be yang sering membantu orang-orang miskin yang kekurangan. Dalam cerita buku "SUI HU JUAN", pada waktu Sung Ciang dalam perjalanan menuju Liang San Be, dia dikejar-kejar oleh musuh. Lalu dia bersembunyi di dalam sebuah kuil, ternyata dia diketahui oleh musuhnya, kelihatan maut sudah menunggu. Namun, pada saat detik-detik bahaya, di belakang altar dalam kuil tersebut timbul gumpalan awan hitam dan meniupkan seuntai angin keras yang dingin. Musuh yang mengejar ketakutan melihat keadaan aneh mendadak itu dan lari tunggang langgang.
Tidak lama kemudian, tampak dua anak perempuan berbaju hijau di hadapan Sung Ciang dan mengajaknya pergi untuk menemui Seorang Dewi. Dewi tersebut adalah Jiu Tian Xuan Nu. Kemudian, Sung Ciang diajak makan kurma dari DIAN dan minum arak yang harum. Jiu Tian Xuan Nu juga berkata padanya: "Saya akan memberitahu kamu tiga jilid Buku Langit, kamu harus bisa menjalankan TAO dengan baik, jadi orang harus jujur, setia kawan, setia pada negara, yang jelek dan yang sesat dikikis semua dan dikembalikan pada kebenaran". Dewi Jiu Tian Xuan Nu juga berpesan bahwa buku-buku itu tidak boleh diperlihatkan pada orang lain, sesudah mantap, bakarlah buku-buku tersebut. Dewi juga menurunkan empat kata-kata langit yang cocok menjadi ramalan hidup Sung Ciang di kemudian hari.
Sesudah kejadian itu, Sung Ciang masih pernah bertemu lagi dengan Dewi Jiu Tian Xuan Nu, yaitu pada waktu dia jadi Jendral Dinasti Sung yang sedang perang sengit dengan tentara-tentara negeri Liaw. Dewi Jiu Tian Xuan Nu mangajarkan tehnik perang yang kongkrit.
Dewi Jiu Tian Xuan Nu selalu mengulurkan tangan waktu raja kesatria dan pahlawan-pahlawan sedang mengalami kesulitan, sehingga boleh dikata sebagai "DEWI MEMBANTU". Selain itu Dewi Jiu Tian Xuan Nu juga mengajarkan cara-cara perang yang kongkrit. Oleh karena itu, ada orang yang menganggap Dewi Jiu Tian Xuan Nu sebagai "DEWI PERANG".

Guan Shen Di Jun / Guan Gong
(baca : Kuan Sen Ti Cin / Kuan Kong)
Guan Ti Guan Yun Chang atau lahir di provinsi Shan Xi selama Tiga Kerajaan (220-260 AD). Dia menjalani kehidupan yang sederhana dan membuat hidup sebagai seorang pemuda dengan menjual kacang-dadih, sehingga ia adalah ibadah oleh bean curd-penjual sebagai pelindung mereka dewa hari. Dia memiliki daya memori yang sangat baik bahwa ia memiliki kemampuan untuk membaca kata demi kata Classics keseluruhan setelah membacanya sekali.
Oleh karena itu mahasiswa yang mengambil ujian biasanya berdoa kepadanya untuk memberkati mereka sukses. Ia juga disembah sebagai Allah oleh para sarjana Sastra. Beberapa berhala Guan Ti dapat ditemukan duduk sambil memegang sebuah buku.
Dia dikenal karena benar, dan keadilan yang mendapat Guan Yu mengalami kesulitan ketika ia mengganggu seorang hakim bermoral dan korup yang memaksa seorang wanita miskin menjadi selir. Hakim tersebut slayed oleh Guan Yu. Dia harus melarikan diri untuk hidupnya dan melarikan diri ke gunung untuk mengungsi. Saat ia berada di perjalanan ke provinsi tetangga ia berhenti dengan sungai untuk memiliki mencuci, ketika terkejut ia melihat besar berubah dalam penampilannya! Kulit wajahnya telah berubah dari putih pucat kemerahan warna yang menyelamatkan dia untuk menyamar dan mampu berjalan melalui penjaga yang menjaga melewati gunung.
Ketika ia mencapai Chu-Chou Provinsi Szechuan ia menjadi, berteman Zhang Fei dan Liu Bei yang berbagi cita-cita yang mulia dan kebajikan. Mereka mengambil sumpah persaudaraan di kebun persik, dan disumpah sebagai "saudara". Chang Fei adalah seorang tukang daging, menjadi adik bungsu. Dia adalah seorang yang temperamental yang memiliki rasa keadilan pantang menyerah dan terkenal karena selera besar sekali baik untuk makanan dan petualangan. Dia memiliki wajah hitam yang penuh dengan kumis dan tinggi tangguh dari tujuh meter, sangat sedikit yang berani melintasi jalan itu. Kasih-Nya yang besar dan kesetiaan kepada Guan Yu telah memenangkan dia tempat kehormatan dia selalu terlihat berdiri di samping Kuan Yu di semua penggambaran.
Liu Bei, sang kakak yang berasal dari keluarga miskin namun dibedakan dengan kekaisaran linkage, dikenal sebagai orang terhormat. Guan Yu, sosok yang kuat lebih dari delapan meter, memiliki kepribadian yang penuh teka-teki dan integritas yang memenangkan rasa hormat dari semua yang dia temui.
Bersama tiga bersaudara dilantik ditetapkan dan menjadi terlibat dalam kegiatan militer, Mereka menampilkan kekuatan militer yang besar dan berjuang banyak pertempuran yang dicatat secara rinci dalam novel terkenal "The Three Kingdoms". Berdasarkan catatan sejarah hidupnya Guan Yu telah banyak kesempatan menampilkan bangsawan nya, kejujuran, integritas, loyalitas dan keberanian. Meski tinggal pada suatu waktu kesesakan yang besar dan kekacauan selama Dinasti Han, dia tidak akan pernah tergoda untuk memperoleh kekayaan, ketenaran dan kekuasaan karena ia tetap setia pada sumpahnya bahwa ia telah diambil dengan saudara-saudaranya di kebun persik, "Untuk menjadi setia satu sama lain dalam hidup dan bersatu dalam kematian ". Pada AD 219 tahun ia ditangkap oleh Sun Chuan dan dieksekusi.
Guan Shi Yin Da Shi / Guan Yin Niang Niang
(baca : Kuan Se In Ta Se / Kuan In Niang Niang)
Ada cerita banyak tentang Guan Yin salah satu dari itu mungkin Taoisme berasal, menggambarkan Guan Yin sebagai putri Raja Miao Chung. Dia dan istrinya tidak memiliki anak dan sebagai usianya sudah mendekati lima puluh itu keprihatinan besar bagi dia bahwa dia meninggalkan pewaris tahtanya. Pengorbanan dan doa yang ditawarkan kepada para dewa dan akhirnya menjawab. Ratunya melahirkan dalam tiga tahun berturut-turut untuk tiga anak perempuan yaitu; Miao Ssu, Miao Yin dan Miao Shan.
Karena ada tidak ada anak raja memutuskan untuk menetap pewaris takhta dengan menikahi putri-putrinya kepada manusia kemampuan dan seseorang yang layak dan akan menggantikannya. Kedua kakak perempuan menikah tetapi putri bungsu Miao Shan menolak. Saat ia mengabdikan dirinya untuk mencapai pencerahan.
Dia membujuk ayahnya untuk memungkinkan dia untuk pensiun ke biara untuk kultivasinya. Dia diberi terberat dan pekerjaan yang paling kasar pada urutan Raja untuk mencegah dirinya budidaya. Meskipun menjalani semua kesulitan dia sabar mengatasinya dengan ketekunan, kasih sayang nya bergerak surga. Bahkan dewa dan hewan berkonspirasi untuk membantunya. Akhirnya, ketika raja tahu dia sangat marah dan memerintahkan biara yang akan dibakar. Miao Shan dengan bantuan Surga memadamkan api, dengan badai berat. Dia kemudian dieksekusi dan jiwanya turun ke neraka yang segera berubah menjadi surga. Dekrit dikirim ke Surga mengatakan "Harus ada keadilan di Surga dan Neraka, jika Anda tidak mengirim suci ini kembali ke bumi tidak akan ada lagi Neraka tetapi hanya surga"
Setelah membangkitkan dia diangkut oleh Amitabha Buddha (Buddha dari Surga Barat) ke pulau, Pu To Mountain (dekat Ningpo di CheJiang Provinsi) di mana ia menghabiskan sembilan tahun menyempurnakan dirinya.
Dia mulai membantu dalam kesulitan ini, menyembuhkan orang dari penyakit mereka, bestowing anak tersebut tandus, menyelamatkan para korban kapal karam dan tindakan lain dari kebajikan.
Legenda mengatakan bahwa karena karma buruk yang dibuat oleh Raja ia akhirnya dipukul dengan penyakit tak tersembuhkan yang hanya dapat disembuhkan oleh tangan dan mata yang "Tidak pernah satu marah". Guan Yin sukarela memberikan tangannya dan mata untuk membantu ayahnya. Bagian-bagian segera dilakukan obatnya. Raja kemudian menemukan bahwa ia berutang putrinya hidupnya, penuh penyesalan ia meninggalkan kerajaannya untuk melayani.

Bao Sheng Da Di / Wu Zhen Ren
(baca : Pao Seng Ta Ti / U Cen Ren)
Bao Sheng Da Di disebut juga Da Dao Gong [Tao Too Kong], Hua Qiao Gong [Hoa Kio Kong], atau Wu Zhen Ren [Go Cin Jin] yang berarti Dewa Wu.
Ada dua pendapat yang sama-sama mempunyai dasar mengenai asal usul dari Bao Sheng Da Di. Pendapat pertama mengatakan bahwa Wu Zhen Ren memiliki nama asli Ben [Pun]. Wu Ben adalah seorang yang dilahirkan di desa Bai Jiao (Karang Putih), kabupaten Tong-an, wilayah Quan Zhou [Coan Ciu], propinsi Fujian. Ia lahir pada pemerintahan Kaisar Tai Zong, tahun Xing Guo ke-empat bulan tiga tanggal 15 Imlek pada masa Dinasti Song.
Sejak masih kecil Wu Ben telah tertarik pada masalah pengobatan. Seorang pertapa, karena tertarik akan bakat anak ini, mengajarkan bermacam-macam ilmu pengobatan dan memberikan kitab yang berisi kumpulan obat-obat. Setelah dewasa, ia terkenal sebagai seorang tabib dewa. Ia pernah mengikuti ujian sastra dan lulus. Kemudian ia memangku jabatan sebagai Yu Shi, jabatan di istana yang mengurus pencatatan sejarah.
Nama Wu Ben menjadi terkenal setelah ia berhasil mengobati penyakit yang diderita permaisuri Kaisar Ren Zong. Setelah mengundurkan diri, Wu Ben berkelana mengobati penyakit. Kemudian Wu Ben memiliki beberapa murid, antara lain Huang Yi Guan (Huang si Menteri Tabib), Cheng Zhen Ren (Cheng si Manusia Dewa) dan Yin Xian Gu (Yin si Dewi).
Rakyat, karena mengingat budi baik Wu Ben, banyak yang mendirikan kelenteng dan diberi nama Ci Ji Gong yang berarti "Kuil Penolong Yang Welas Asih". Para kaisar juga tidak ketinggalan menganugerahkan gelar kepadanya. Kaisar Song Gao Zong menganugerahkan gelar Da Dao Zhen Ren yang berarti "Dewa Jalan Nan Agung". Gelar ini menyebabkan Bao Sheng Da Di terkenal dengan sebutan Da Dao Gong yang berarti "Paduka Jalan Nan Agung". Kaisar Song Ning Zong memberikan gelar kehormatan Zhong Xian Hou yang berarti "Pangeran Teladan Kesetiaan". Kaisar Ming yang pertama, Ming Tai Zu, memberikan gelar Hao Tian Yu Shi Yi Ling Zhen Jun [Ho Thian Gi Su It Leng Cin Kun] yang berarti "Dewa Sejati Ahli Pengobatan dan Menteri Pencatat Sejarah".
Pendapat yang satu lagi mengatakan bahwa Bao Sheng Da Di adalah Wu Meng [Go Beng] yang hidup pada masa Dinasti Jin, penduduk asli dari Henan. Wu Meng sejak kecil terkenal karena baktinya kepada orang tua. Setelah dewasa ia berkelana dan melakukan pengobatan kepada penduduk yang tidak mampu. Kemudian ia dipanggil dengan nama Wu Zhen Jun [Go Cin Kun] yang berarti "Wu Si Dewa Sejati".
Jika ditinjau dari sudut sejarah, maka Wu Meng lebih terkenal dari pada Wu Ben, sebab Wu Ben meskipun memiliki reputasi sebagai tabib yang hebat, tetapi ia hanya dipuja di sekitar propinsi Fujian saja. Namun jika ditinjau dari tempat asalnya, maka Wu Ben lebih mendekati kenyataan, karena Wu Ben di propinsi Fujian dipuja sebagai Bao Sheng Da Di.
Kuil Bao Sheng Da Di di propinsi Fujian yang terkenal terdapat di dusun Bai Jiao, tempat Wu Ben berasal. Di kuil itu terdapat papan yang dihadiahkan oleh Kaisar Yong Le dari Dinasti Ming.
Kisah-kisah kehebatan Wu Ben di kalangan rakyat memang banyak beredar, terutama di propinsi Fujian dan sekitarnya. Diceritakan pada suatu hari, ia sampai di sebuah jalan pegunungan. Ia berjumpa 4 orang memanggul sebuah peti jenasah. Peti jenasah itu sangat sederhana, terbuat dari papan kayu yang sudah lapuk, menandakan bahwa keluarga si jenasah adalah keluarga yang melarat. Darah tampak mengalir dari celah-celah peti jenasah itu, menandakan bahwa orang dalam peti jenasah itu belum lama meninggal.
Wu Ben melihat hal itu lalu berpikir sebentar, ia yakin bahwa yang di dalam peti belum meninggal. Ia meminta iring-iringan tersebut berhenti dan bersedia membuka tutup peti mati itu. Seorang wanita terbaring di dalamnya dan usianya sekitar 30 tahun.
Sekilas Wu Ben mengetahui bahwa wanita itu baru saja melahirkan dan mengalami pendarahan. Wu Ben meminta bantuan agar wanita tersebut diangkat keluar dari peti jenasah. Setelah dirawat dengan seksama akhirnya beberapa hari kemudian wanita yang sudah dianggap meninggal itu menjadi sehat kembali. Kejadian ini tersebar dari mulut ke mulut dan meluas ke seluruh pelosok negeri. Semua menganggap bahwa Wu Ben dapat menghidupkan orang mati.
Ketenarannya sampai ke telinga Kaisar Ren Zong, yang sedang risau karena permaisurinya sedang sakit dan sudah banyak tabib tersohor yang didatangkan namun penyakit tidak kunjung sembuh. Tanpa memperdulikan jarak, Wu Ben datang ke istana untuk memenuhi panggilan kaisar. Karena kebiasaan waktu itu yang melarang orang awam menyentuh tubuh kaisar atau keluarganya, maka Wu Ben memeriksa denyut nadi permaisuri dengan bantuan seutas tali sutera yang diikat pada pergelangan tangan sang permaisuri. Setelah yakin akan penyakit yang diderita sang permaisuri, Wu Ben menulis resep. Berkat obat itulah, tidak lama kemudian sang permaisuri sembuh kembali.
Ketika kaisar menanyakan hadiah apa yang diinginkannya, Wu Ben mengatakan bahwa ia ingin memakai jubah kebesaran yang pernah dipakai ayahnda kaisar. Kaisar Ren Zong mengabulkan permintaan tersebut. Saat Wu Ben memakai jubah tersebut, Kaisar Ren Zong lalu berlutut. Wu Ben buru-buru mencegah dan menolak kehormatan itu. Sejak itulah Wu Ben dikenal sebagai Bao Sheng Da Di atau Maharaja Pelindung Kehidupan.
Bersama dengan menyebarnya imigran dari Quan Zhou, pemujaan terhadap Bao Sheng Da Di tersebar ke Taiwan, lalu ke Asia Tenggara. Di Taiwan, karena imigran Quan Zhou banyak jumlahnya, maka kelenteng yang memuja Bao Sheng Da Di terdapat dimana-mana. Yang tertua adalah yang didirikan pada masa Dinasti Ming, saat pemerintahan Kaisar Wan Li, yaitu Kaisar Kai Shan Gong [Khai San Kong]. Masih ada juga yang lebih besar yaitu Xing Ji Gong, Yuan He Gong, Liang Huang Gong, Fu Long Gong, Guang Ji Gong, Miao Shou Gong, dan lain-lain. Di Singapura pemujaan Bao Sheng Da Di terdapat di kelenteng Tian Fu Gong [Thian Hok Keng] di Telok Anyer Street.

Zu Sheng Niang Niang
(baca : Cu Seng Niang Niang)
Dewi kelahiran anak atau Zhu Seng Naing Niang adalah Dewi Kesuburan dalam Agama TAO. Beliau banyak disembah oleh masyarakat Hokkien dan Teochew dan ulang tahunnya dirayakan pada hari ke-20 bulan lunar ke-3.
Disebutkan dalam dinasti Ming, Keagungan para dewa, Dewi Zhu Sheng Niang Niang bertanggung jawab atas kehamilan, melahirkan bayi, perlindungan ibu dan anak. Beliau memegang sebuah buku dan kuas tulis yang mencerminkan praktek masyarakat Tiongkok menuliskan nama anak yang baru lahir dalam catatan silsilah keluarga.
Banyak Taokuan dan kuil memiliki Patung sosok Dewi Zhu Sheng Niang Niang yang didedikasikan untuk Beliau. Umat yang berharap memilik anak berdoa da memohon bantuan kepada Dewi Zhu Sheng Niang Niang agar segera Hamil diberikan keturunan yang baik (anak yg sempura jiwa raganya) serta lancar dan selamat saat persalinan.
Pada zaman kuno, ketika pengetahuan dan teknologi reproduksi yang terbatas, pasangan yang ingin memiliki anak hanya bisa berdoa kepada Dewi untuk diberkati. Demikian pula, ketika masalah kesehatan sangat mendasar, melahirkan bisa berbahaya bagi ibu dan anak dan lagi orang hanya dapat memohon bantuan kepada Dewi Zhu Sheng Niang Niang.
Ilmu kedokteran saat ini telah berkembang pesat untuk menjamin keselamatan ibu dan anak selama kehamilan dan persalinan. Tapi itu tidak membatasi peran Dewi Zhu Sheng Niang Niang. Apa yang telah berubah adalah sifat bantuan tapi pada dasarnya masih bergulir masalah yang sama untuk hamil dan melahirkan anak, serta mohon Keturunan yang baik bagi keluarganya.
ilmu kedokteran meskipun kemajuannya sangat pesat masih memiliki keterbatasan. Pengobatan in-vitro (bayi tabung) misalnya dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan tetapi tidak bisa menjanjikan konsepsi pasti berhasil hamil. Banyak wanita berdoa kepada Dewi Zhu Sheng Niang Niang selama perawatan in-vitro mereka. IV atau tidak, banyak wanita terus berdoa kepada Dewi Zhu Sheng Niang Niang mohon berkah baginya untuk hamil anak yang baik, sehat dan sempurna fisik dan jiwanya serta persalinan yang aman.
Pikiran dan tubuh
Penelitian medis telah menemukan titik hubungan yang kompleks antara pikiran dan tubuh. Berdoa kepada Dewi Zhu Sheng Niang Niang,sangat membantu harapan dan keyakinan yang besar dalam diri umat wanita untuk bisa hamil ,karena itu memiliki dasar ilmiah dalam meningkatkan peluang kehamilan.

Baik itu ilmu pengetahuan atau Keimanan, Dewi Zhu Sheng Niang Niang berkaitan dengan aspirasi perempuan untuk memiliki anak dan untuk dapat merasakan kepuasan menjadi seorang ibu, peduli, mencintai dan memelihara anak mereka yang baru lahir. 

Cai Shen Ye
(baca : Jai Sen Ye)
Cai Shen atau Cai Shen Ye adalah dewa kekayaan, harta, atau rezeki dalam mitologi Tiong Hoa. Dalam bahasa Vietnam, ia disebut Thần Tài. Cai Shen dipuja sebagai dewa dalam kepercayaan tradisional masyarakat Tiong Hoa, taoisme, dan agama Buddha aliran Tanah Suci.
Pada versi yang paling terkenal, Cai Shen memiliki nama asli Zhao Gongming (baca: Chao Kung-ming) atau Bigan (baca: Pi-kan). Zhao Gong Ming terkenal di kalangan masyarakat yang tinggal di negara-negara Asia seperti Singapura, Malaysia, dan Indonesia, tetapi tidak populer di kalangan masyarakat negara Barat.
Setiap perayaan Tahun Baru Imlek, orang-orang kaya memberikan sumbangan (angpao). Tradisi tersebut konon berasal dari kisah seorang konglomerat yang terkenal sangat pelit dan tidak pernah mau berdana. Ia sangat memuja dan mengagumi Zhao Gong Ming, kemudian berdoa "Mohon Dewa Rejeki Datang Lah Kerumah Ku, Agar Aku bisa Bertambah Kaya Lagi." Selanjutnya ia mempersiapkan banyak hidangan dan berharap bisa mendapat berkah darinya.
Pagi harinya, si konglomerat membuka pintu rumahnya dan mempersiapkan hidangan persembahan untuk menyambut Cai Shen, kemudian menunggu. Namun, ada seorang pengemis kelaparan datang dan meminta makanan persembahan itu untuk ia makan. Si konglomerat marah dan memukulnya. Tiba-tiba si pengemis bertubah wujud menjadi Cai Shen dan berkata, "Bagi diriku bukanlah Harta yang menyebabkan Manusia kaya, tapi memiliki hati yang emas, Sebagai hukumannya engkau terlalu serakah dan tidak pernah membantu orang kesulitan, maka engkau mulai sekarang menjadi seorang pengemis." Semenjak itu, seluruh usaha si konglomerat menjadi bangkrut dan dirinya menjadi pengemis. Itulah sebabnya masyarakat Tiong Hoa yang kaya memberikan sebagian hartanya kepada orang yang berkesusahan dengan harapan Cai Shen akan selalu memberkahi mereka.

Yue Xia Lao Ren & He He Er Xian
(baca : Ye Sia Lao Ren & He He Er Sien)
Yue Xia Lao Ren secara harafiah berarti “Orang Tua Di Bawah Rembulan.” Beliau dipercaya sebagai dewa yang mengatur pernikahan. Meskipun demikian, tiada seorangpun yang mengenal nama asli beliau.
Alkisah pada zaman Dinasti Tang terdapat seseorang yang bernama Wei Gu. Suatu
malam, ia sedang menginap di sebuah pondokan di kota Song. Ketika sedang
sendirian berjumpalah ia dengan seorang tua berambut dan berjanggung putih yang
membawa tas hijau beserta sejilid buku. Didera oleh rasa penasaran, Wei Gu
menghampiri orang tua itu dan mengajukan pertanyaan. Orang tua itu menjawab
bahwa ia sedang memeriksa daftar pernikahan umat manusia di muka bumi.
Ternyata tas hijau orang tua itu berisikan tali-tali berwarna pernah. Wei Gu
yang ingin tahu menanyakan apakah gunanya benda tersebut. Orang tua itu menjawab
bahwa tali-tali itu akan dipergunakan mengikat pasangan-pasangan yang saling
berjodoh. Mendengarnya, Wei Gu menjadi ingin tahu siapakah jodohnya. Orang tua
itu menjawab, “Jodohmu adalah puteri seorang ibu tua bernama Chen yang berkerja
sebagai penjual sayur di utara pondokan ini.”
Tak terasa empat belas tahun berlalu dan Wei Gu diangkat sebagai pejabat kota
Xiang. Gubernur setempat bermarga Wang memberikan puterinya agar dinikahi oleh
Wei Gu. Setelah acara pernikahan, Wei Gu teringat ramalan orang tua itu dan
tertawa, “Apa yang dikatakannya omong kosong belaka.”
Namun setelah pernikahan mereka, isterinya mengaku bahwa dirinya sesungguhnya
adalah puteri Nyonya Chen, si pedagang sayur, yang diangkat anak oleh Gubernur
Wang. Wei Gu tercengang dan tertawa lebar, “Ah ternyata apa dikatakannya sungguh
tepat.” Magistrat kota mendengar perihal tersebut dan menamakan pondokan tempat
Wei Gu menginap sebagai “Pondokan Perjodohan.” Semenjak saat itu, orang tua
tersebut dipuja sebagai Yue Xia Lao Ren.
disarikan dari buku “100 Chinese Gods” karya Wu Luxing, ilustrator: LuYangguang.
diperigati setiap tgl 15 bulan 8 Imlek.
He He Er Xian adalah "Sepasang Dewa Keharmonisan dan Persatuan dalam panteon Taoisme. Mereka seringkali diasosiasikan dengan sebuah pernikahan yang bahagia.
Hé dan Hé digambarkan sebagai dua bocah pria yang membawa setangkai bunga lotus dan sebuah kotak.  Orang-orang yang memuja mereka biasanya mengharapkan jodoh, keharmonisan dengan pasangan, keharmonisan dalam keluarga, hingga keharmonisan di dalam masyarakat maupun lingkungan kerja.

Sumber :
http://indonesia.siutao.com
https://id.wikipedia.org/wiki
https://www.taobali.org

3 komentar:

  1. Guan Yin nya cari yang versi Taoism punya..

    BalasHapus
  2. Xie Xie Se Xiong atas masukannya..
    Kami akan sgera cari yang versi Tao Ciao punya ttg Guan Yin dan segera di update..
    Xie xie...TSBY.. :D

    BalasHapus
  3. Saya suka cerita para dewa dan dewi,,,semoga kita semua diberikan kesabaran dan dibimibing jalan kita untuk menuju kebenaran.

    BalasHapus